28 March 2009

Situ Gintung Yang Tersinggung

Hari Ini Aku Mengetahui Kau Lebih Jauh Lewat Jualan-jualan Media Yang Beramai-ramai Menjelaskan Riasanmu Yang Begitu Menor Yang Membuat Aku Dan Berjuta-juta Penyimak Media Ternganga-nganga



Bibirmu bergincu nyawa dan air mata



Bontang, 27 Maret 2009

25 March 2009

Menemukanmu 2

ketika pembuluh-pembuluh melubang
aku tak dapat menemukan apa-apa
kecualimu




bontang, 25.03.09

24 March 2009

The Eyes (2nd version )

whom was born within such heart
forever thereof long being with you
otherwise drain bathe within your eyes
whom dancing in the bounds of my eyes
be tied in with the splendour of your sigh



(translation by Ana Monica-Aussie)

Puber

(1)
aku terus jengah dan terengah-engah
tiap kali anak laki-laki di sebelahku bertanya pada guru agama
mengapa ia terus mimpi basah sejak aku pindah duduk di sebelahnya
padahal rokku hampir semata kaki
padahal atasanku longgar setengah mati
dan kaos dalam tebal sepanjang hari

(2)
- atau ia tahu aku masturbasi setiap malam lantaran membayangi guru agama setengah baya dengan wajah berminyaknya? -

(3)
bapak Loda, guru agama duda itu
tak berhasil membunuh inginnya untuk tidak onani
sambil membayang sepasang murid kesayangannya
satu-satunya sepasang murid yang duduk sebangku
bersenggama berbagai gaya dengan melenguh-lenguhkan namanya




Balikpapan, 22 Maret 2009

19 March 2009

Kepada Vitae


Bila kakak mama ciumi berkali-kali
Karena mama ingin kakak tahu
Cinta kita tak butuh merasa jauh



Lion JT 0766
Jkt-Bpn, 19.03.09

Yang Jangan Kau Bawa Padaku : Masa Lalu

Saat kenangan berlabuh di tepi ragumu
Ia yang lahir dari lubang-lubang gulam di hati
Hati yang telah lama ditikam masa lalu
Dimana rasamu dan rasanya tak lagi dua kutub yang saling tarik-menarik



Lion JT 0766
Jkt-Bpn, 19.03.09

17 March 2009

Kita

coba amati
betapa rinduku seperti gulungan tisu toilet
yang tiap lembarnya rangkap
dan dari lembar yang satu dengan yang lainnya
tertaut samarsamar
cinta yang baru abuabu
belum tahu akan putih
ataukah akan hitam

(benarkah bijak bila kita menyerahkan luruh utuh pada tempat maupun waktu
sedangkan di loronglorong yang lewat kita telah duduk menjadi murid
dan belajar cermatcermat
bahwa tempat dan waktu bukan sandaran yang tegar bagi sepasang hati
yang tersulam dari rapuh)


jakarta, 17.03.09

14 March 2009

Air Mata yang Mati Pada Hari Tungkaiku Tegak

(1)
kau tahu, semalam air mata menggantung dirinya di bulubulu bermaskara
dan bayangbayang matinya begitu kelabu
seperti senyap yang tidak punya tepi

(2)
di pusaramu, orang banyakbanyak hadir
terhenyak
bunga berbagaibagai warna tumbuh elok di gunduk merahmu!

Tembang Rasa

begitu hebatnya katakatamu
bak mata bor yang menemukan sumbernya
hingga mampu menembus mataku dalamdalam
menyemburkan segala air yang ada lewatnya
menderas seperti bah
dan bersama kita menyepakatinya sebagai tambang rasa
rasa menang bagimu
rasa kalah bagiku



jakarta, 14.03.09
(still can't slep during the exploration.......)

Tanpa Gemetar

aku dipeluk dingin yang senyap
yang mengigilkan setiapku tanpa gemetar


duren sawit, 14.03.09

12 March 2009

Mantra

bilakah bulan jatuh
atau bintang pulang utuh-utuh
dan pusara mu yang tak penuh
oleh begitu banyak keluh
yaitu ketika langit luluh patuh

Jakarta, 12.03.09

11 March 2009

eyes that greet

eyes that greet
(mata yang bersedih)



I want to quickly pass the night
that morning to meet soon
when solar power over the dark
to all corners of yours
so I can see you clearly
also the path of your tears
that formed a long trail
from heart to eyes
from eyes to your chin
then to my eyes as well



(aku ingin malam cepat berlalu
agar pagi segera menjemput
dan matahari berkuasa atas gelap
hingga ke segala sudut milikmu
agar wajahmu dapat kulihat dengan jelas
juga bekas air matamu
yang membentuk jejak panjang
dari hati ke matamu
dari matamu ke dagumu
lalu ke mataku jua)




jakarta, 11 maret 2009

Jealousy



how are you this day my beach
you are so silent
coconut trees also do not flow
lazy waves of race
voices do not speak
I lie here on sand
represent the heart of the split
between you and my fisherman husband

(do you know, so when you still like this, my fisherman husband will sail long in the ocean, flirt with the body of the sea that I should not be jealous because she is your sister)


(2)
I like wet bath
intercourse earlier in very wet
we lie in breathless
on the limit beetween the sand and waves


(3)
you are so jealousy lover my beach
you know the yellow boat that come with dusk orange will bring my fisherman husband who'll in a few hours of making love with me
(and suddenly you lost your silent)
few times you try to sinking him in almost coast lips if I do not just stand there

never mind my love....
I am only with him a while before he returned to the sea,
to your beautiful sister
you need not roar like that inflammation


(4)
if the fisherman husband is not home
when he decided to choose sea, your beautiful sister
then each day we will always be together
I will be with you at all times
the time which well named, and which does not
tears is is my hide
because of the fishing village thought I waited for the fisherman husband who never returned...

and when that happens
allow me to cry forever
when I and you,

become us






Jakarta, 11 March 2009
for my parents 37th anniversary

Aku Dan Kau (Pantaiku) Dan Suami Nelayanku (Dan Laut Saudarimu)


(1)
apa kabarmu hari ini pantaiku
kau begitu diam
nyiurnyiur tak melambai
ombak malas sekali berlomba
bebunyian lain juga tak berkatakata
aku di sini berbaring di pasirmu
memainkan hati yang memang terbelah
antaramu
dan suami nelayanku

(tahukan kau, ketika kau begitu diam seperti ini, maka suami nelayanku akan berlamalama di lautan, bercumbu dengan tubuh lautan yang pernah boleh kucemburui)


(2)
aku basah seperti mandi
persetubuhan tadi membungkusku kuyupkuyup
tergolek bersama sengalsengal nafas kita
di batas pasir dan ombak


(3)
kau begitu pencemburu pantaiku
kau tahu perahu kuning yang datang bersama petang jingga
membawa ia yang akan meniduriku beberapa jam lagi
tibatiba diammu hilang
beberapa kali kau coba menggulungnya di hampir bibir pantai bila saja aku tak berdiri di sana
sudahlah....aku hanya bersamanya sejenak sebelum ia kembali ke laut, saudarimu yang molek
tak perlu kau meraung radang seperti itu


(4)
jikapun suatu hari suami nelayanku tak pulang
ketika diputuskannya memilih saudari molekmu
maka setiap hari kita akan selalu bersama
aku akan berada bersamamu di segala waktu
baik yang bernama, maupun yang tidak
air mata gelak dan golak cinta adalah penyamaranku
karena tentu sedesa nelayan menyangka aku menanti suami nelayan yang tak kunjung pulang
dan bila itu terjadi
ijinkan aku menangis selamanya
ketika aku
dan kau pantaiku

adalah kita






jakarta, 11 maret 2009
kupersembahkan bagi ulang tahun pernikahan orabg tuaku ke-37

10 March 2009

Eyes Talking

what was born from the heart
always want with you on
or how to swim in your eyes
those dance in mine
with your beautiful moan accompaniment



yang dilahirkan dari hati
selalu tentang ingin bersamamu
atau bagaimana berenang dalam matamu
yang menari-nari dalam mataku
beserta iringan cantik rintihmu



jakarta, 10 maret 2009
dedicated to G, thank U !

The Sky


I am not the sun
also not the moon
or even stars

I am the sky
which provides a place for you

06 March 2009

jala


bila malam itu kau lepaskan saja apa yang telah sepakat kita rangkai

maka tidak perlu kau menebar genang beningmu layaknya jala

karena lagi-lagi aku yang terjaring!

jakarta, 06 maret 2009, setelah salah paham itu......

foto dari ustazazhar.fotopages.com/ ?&page=1

05 March 2009

Abdul Hadi, Monumen Kesekian Kali

Lima hari lalu ke-38 pimpinan partai mendeklarasikan gerakan anti korupsi bersama-sama KPK. Sementara beberapa hari belakangan ini kita disuguhi berita tertangkapnya Abdul Hadi, anggota dewan perwakilan rakyat "terhormat" dari Partai Amanat Nasional (PAN) dalam kasus korupsi dengan nilai yang aduhai. Banyak pengamat menilai bahwa kecenderungan DPR menjadi lembaga terkorup adalah akibat wewenang berlebih yang dimiliki DPR yang kini juga bisa ikut campur tangan dalam penentuan keputusan terhadap proyek-proyek strategis beranggaran fantastis. Wajah lembaga DPR sebagai lembaga wakil rakyat kini benar-benar tercoreng dan dan ternista oleh anggota-anggotanya yang menurut hemat saya adalah kader-kader partai yang telah gagal menjadi kader yang baik, bersih dan berintegritas, atau sebaliknya. Partai yang telah gagal mendidik asuhannya menjadi kader partai yang mampu dan mau membawa nama baik partai yang selalu katanya lahir dari kebutuhan rakyat.

Rakyat, rakyat yang mana ?

Rakyat letih ditunggangi kehormatan dan haknya oleh pencuri-pencuri yang terlanjur duduk di kursi anggota DPR. Rakyat lelah diperkosa dan dianiaya suaranya oleh calon-calon legislatif yang kini sibuk les vokal demi bernyanyi merdu di pentas-pentas kampanye, lalu setelah terpilih, lebih memilih mencuri dari rakyat dan memperkaya diri dan memiskinkan kepercayaan rakyat.

Kenyataan-kenyataan menyakitkan tentang bobroknya lembaga yang seharusnya menjadi corong suara rakyat ini tentu membunuh keyakinan banyak pihak, terutama calon pemilih tanggal 9 April nanti. Akan semakin banyak golongan abu-abu yang enggan menggunakan haknya sebagai pemilih (saya enggan menyebut golongan putih karena putih saya anggap simbolisasi kesucian dan golput bukan pilihan suci meskipun juga tidak salah).

Lagi-lagi ini juga soal penegakan hukum yang lemah dan tidak menimbulkan efek jera. Penjara hanya akan memenjarakan fisik para koruptor, halo..halo...bagaimana dengan mental yang terlanjur rusak ? 

Jadi, alih-alih menumpuk luka rakyat yang akhirnya menjadi manifestasi ketidakpercayaan yang sangat dalam dan melahirkan golongan-golongan abu-abu baru dalam jumlah yang lebih besar, kenapa tidak melahirkan produk hukum baru yang lebih tegas seperti hukuman mati misalnya. Karena sekali lagi, memenjara fisik tidak akan menurunkan minat para koruptor untuk berhenti berkarya, bahkan dengan cara yang lebih kreatif dan inovatif, sendiri-sendiri atau berjamaah.
Mata rantai kerusakan ini benar-benar harus diputus dengan segera dan dengan kampak hukum yang lebih besar dan tajam.

Sungguh, tulisan ini bukan untuk mendorong setiap kita menjadi bagian dari golongan abu-abu, karena saya masih percaya pada proses demokrasi bernama pemilu, percaya masih ada kader-kader bangsa berniat mulia, yang benar-benar punya tujuan memenangkan kepentingan rakyat bukan pribadi atau golongan, bukan berniat mencuri dari setiap rupiah pajak yang susah payah rakyat bayarkan bahkan sebelum menikmatinya untuk kepentingannya sendiri (fasilitas umum yang bersih dan cukup atau pendidikan yang merata dengan kwalitas prima misalnya).

Yah, cukup melukai memang ketika lagi-lagi tertikam monumen bobroknya moral anggota dewan terhormat. Tapi sikapilah kenyataan ini dengan sikap mental lebih baik, bekerja dan berbuatlah lebih giat bagi bangsa dengan semangat melahirkan perubahan ke arah yang lebih baik karena setiap kita punya tanggung jawab untuk itu. Tanggung jawab anak bangsa yang tidak boleh terbunuh segelintir orang yang rasa malu dan integritasnya telah hanyut terbawa arus kuat kezaliman dan kemelaratan moral. Jangan, jangan terbunuh sisi-sisi baik kita oleh mereka. Hidupkan dan terus ikat kuat semangat menjadikan bangsa ini menjadi bangsa besar dan terhormat, jangan lupa topang juga dengan doa, agar Tuhan juga jadi bagian penting bagi proses pemulihan bangsa.

Saya percaya dan akan terus begitu. Tuhan memberkati !

04 March 2009

kusir-kusir; baca : anggota dewan terhormat yang mencalonkan diri lagi dengan dana juga dari pajak yang aku bayarkan sebelum aku membeli susu anakku

kusir-kusir adu cepat
ingin melesat sesegera
siapa cepat ia dapat
tapi lupa bila juga cepat penat

kusir-kusir adu cepat
lupa hakekat menumpangkan
sementara kursi andong kosong dan ompong
dan kalian bilang bawa penumpang

kusir-kusir adu cepat
kami menyaksikan menjadi sembab

betapa cukai yang kami bayarkan
jadi taruhan judi lomba nyanyimu
juga adu cepatmu

02 March 2009

kelaparan

bila tuan dan antek-antek tuan mengerti

kami tak makan hari ini

bukan mengurangi lemak

karena toh tinggal tulang

dan begitu ingin berpulang



duren sawit, 02.03.2009

Angel's Painting

Malaikat melukis langit.
Meletak bunga dan gunung.
Menyemat katak dan sungai.
Menggambar pelangi coklat dan abu-abu....

Malaikat melukis langit.
Bebek dan tokek beriring.
Rumput dan lumut bersisian.
Sarang dan ladang tidur bersama.

Malaikat melukis langit.
Tak gulam namun kelam.
Dan heran yang menganga mual.....


Benda langit dan tiruan daratan.
Berdesakan.





19.21
Jakarta

suatu hari, aku berumur dua ratus enam belas tahun

Hari itu benar-benar tak cerah,
mendung menggantung di atas pohon mangga.
Setidaknya itu katamu, mama.
Dari suara paraumu, aku juga tahu, mendung menggantung di batinmu dan hujan sudah turun hingga tenggorokanmu.

Kau keluhkan dengan tersedu-sedu tentang papa yang melulu berkemah di tempat kerja ketimbang membelanjakan bubur menado tujuh ribu perak....,
mengeluhkan papa yang meski kau kumat asma tak menawarimu ke dokter; meski kutahu 37 tahun menikah papa memang tak pernah menawarimu ke dokter; karena ia selalu memaksamu.

Sambil melipat rapi-rapi perasaanku kuminta mama berpanjang-panjang sabar dan tak putus menghunus doa.

Di ujung telepon di balikpapan, mama terdengar tak gemetar lagi.
Keluhnya mereda dan mengenai anak-anakku adalah pertanyanmu selanjutnya.

Empat puluh tiga menit total kita bicara.
Dan cintamu serta cintaku menjadi yang kembali berdiam di kota masing-masing.

Mama,
tahukah,
setelah telepon itu,
tiba-tiba aku merasa berumur seratus delapan,
dua kali lipat umurmu,
membayang apa yang kau rasa kini,
membayang apa yang akan kurasa sembilan belas tahun lagi.....

Tidak,
aku merasa berumur dua ratus enam belas tahun saat ini.
Saat aku tiba-tiba mengerti,
bagaimana sebuah rasa,
ketika menjadi mamaku,
ketika nanti menjadi seumurnya,
ketika harus menjadimu dan membesarkan vitae,
ketika harus menjadimu dan membesarkan abigail,
ketika harus mdnjadimu tanpa seorangpun untuk kuharap tak berkemah di tempat kerjanya,
tanpa seseorangpun yang tak menawariku ke dokter tapi memaksaku.....

Papa,
sembilan belas tahun lagi,
aku berharap ada seorang sepertimu yang dalam kemah kerjanya berharap dapat sesegera mungkin pulang untuk memaksaku pergi ke dokter,
seorang sepertimu yang tiga jam lalu mengirim pesan singkat padaku :

in, jangan sedih dan khawatir, mama akan baik-baik saja bersama papa, peluk-cium, papa.

(dan itu membuatku kembali merasa berumur tiga puluh enam tahun)




Duren Sawit, Januari 2009
i love you mama, i love you pap

katakata

hari ini seperti harihari belakangan ini

kamu tusukkan katakata baru yang makin membunuhku

menghilangkan aku sebagai katakata

menghilangkanmu sebagai katakata

lalu seberapa mungkin kita bukan katakata lagi?

01 March 2009

aku dan (dulu) perempuanku


perempuan hitam menenung lamun
pasar hati sepi sekali
dan senyum setali

siluet raut pecah berpendar
lalu menebar menjadi perasaan
tertikam antara waktu dan tempat

kapan-kapan katamu,
kita bertemu lagi
berbincang diam-diam
saling bertaut dan mengerti
bahwa saat mati kita tak mungkin sepeti




jakarta, 01 maret 2009
to memorize...........