06 June 2017

I REFUSE TO REMAIN SILENT

I'm a child sexual abused survivor. It was happened when I was almost 5 by a young adult male neighbor. I told what happened to my mom but she didn't believe it. It broke my heart and I promised I won't ever share same story to anyone anymore until it happened again for 3 years by my own grandma when I was 8 to 11. She did 'fingering' for almost every week. From there, I was never be the same...

I kept those traumas for more than 30 years. Never realize that those traumas damaged almost all my life. I fell into many date rape for wrong thought that love came from sexual activities I could provide. I thought I could get my bias true love valuing & seeking by 'providing' sex while I 'carry' this trust issue as the most important symptom of my trauma. Some saddest things happened during I carrying “the ghost of traumas”, got divorced twice with harmful domestic violence experience at the second marriage also pushed me into more worse tragedies. I fell into many self hurting actions including tried to do twice suicides by consuming more than 20 sleeping pills! Last thing I know I was ended in an intensive care unit of a local hospital. What dark times of blood and tears..... LUCKY I'm blessed with 2 amazing daughters from those marriages. Now they are 18 and 12. These wonderful kids made me believe that I have to get my life back.

I realize I have to stand up and speak up for my own good and of course my kids shake. In 2006, during my last divorced process I decided to see a psychiatrist to start a medical therapy and was diagnosed with PTSD (at the beginning I was even diagnosed with bipolar until I told her my story & she noticed my progress). I kept my medical treatment and ended up with joined a support group. Sharing my story there makes me even stronger time to time. From 2009 I started my own sweet revenge by doing anti-sexual abuse and women's rights campaigns trough poetry books I wrote and studying like a 'hungry' college student about human right, women's right, gender base violations and actively involve in many public lectures, discussions, seminars, some public dialog etc. every time, everywhere I can reach because I was so poor at that time after the second marriage. I couldn't even pay my kids school fee and we lived in very sad condition BUT we studied hard with our own way at that time until some friends and connection who noticed our struggle and know my story offer some chances to have jobs contracts to do some works in local and international organizations as on call part time worker to let me learn a lot and also let me and my kids live in, well not rich but enough.

Time goes by, and it's like a dream that now I'm standing at many podiums for seminars, public dialog, discussions and public lectures not as a hungry student who gave questions but as a public speaker, mass-media interviews and talk shows (local & international medias: TV, online news media, newspapers, magazines & radios) and even as a guess lecture, focusing on sexual abuse issue and gender based violations history related to gender equality. I also assist and set up a support group for survivors of sexual violence and a research working group for anti political rights rapes campaigns once. Actively involved in strong rallies those against violence, also keep writing poetry & short stories. A very good release when I'm attacked by my trauma symptoms those can be there every time I fall into depression, and It can come again and again. I realize that sexual abuse healing process is a lifetime process and I won't ever deny that I'm still a learner who keep my fight for my own good and for others who I believe can get out from their violations conditions. HOPE makes everything possible. We never fail until we leave our fights.

01 June 2017

P E D O F I L

Apa yang setiap orang tua perlu tahu tentang pedofil:


Anda telah membaca banyak berita kekerasan seksual terhadap anak-anak  Masalahnya di sini adalah bahwa kita tidak dapat benar-benar tahu siapa yang mungkin menjadi predator.

Definisi Hukum :
Pedofilia: obsesi terhadap anak-anak sebagai objek seks. Tindakannya termasuk mengambil gambar dan merekam aktifitas seksual (bersama) anak, menganiaya secara seksual dan memperlihatkan alat kelamin.

Para pedofil bisa siapa saja - tua atau muda , kaya atau miskin , berpendidikan atau tidak berpendidikan , non - profesional atau profesional, dan ras apapun.
Namun, pedofil sering menunjukkan karakteristik yang sama , tetapi ini hanyalah indikator dan tidak boleh diasumsikan bahwa individu dengan karakteristik ini adalah pedofil .
Pengetahuan tentang karakteristik ini ditambah dengan uraian perilaku khususnya dapat digunakan sebagai peringatan bahwa seseorang mungkin seorang pedofil .

Penyidik kejahatan mandiri, Charles Montaldo menyusun informasi berikut:

Karakteristik Pedofil:
-       Seringkali pedofil adalah laki-laki dan lebih dari 30 tahun .
-       Lajang dan hanya memiliki sedikit teman dalam kelompok usianya .
-       Jika menikah pun, hubungan dengan pasangannya lebih sebagai "pendamping " dan tanpa hubungan seksual.
-       Sering berpindah kerja atau beralih profesi akibat diberhentikan karena catatn ksering meminta ijin atau bolos dengan alasan tidak jelas. Seringnya berpindah tempat kerja ini juga sangat mungkin karena perbuatan kriminal yang telah diketahui atau pernah ditetapkan sebagai tersangka.
      
Pedofil berperilaku dan berktifitas seperti anak-anak:
-       Ia lebih tertarik beraktifitas dan bermain dengan anak-anak dibanding dengan teman dewasanya
-       Dia akan selalu mengambarkan anak-anak sebagai sosok polos dan tak mungkin berbuat salah, sosok surgawi, sosok ilahi, sangat murni dan suci, dan gambaran lain yang tidak tepat dan berlebihan.
-        Dia memiliki hobi yang seperti anak kecil seperti mengumpulkan mainanan terbaru yang sedang tren, memelihara reptil atau hewan peliharaan eksotis, atau koleksi pesawat-pesawatan, mobil-mobilan dan sebagainya.


Pedofil lebih cenderung suka pada anak-anak yang memasuki/menjelang masa pubertas:
-       Target para pedofil sering pada anak usia tertentu. Beberapa lebih suka anak-anak berusia lebih muda, beberapa lebih tua.
-       Seringkali di lingkungannya, ia memiliki ruang khusus yang didekorasi menarik seperti kesukaan anak-anak target mangsa, dan ini diharapkan akan menarik perhatian calon korban yang usianya memang usia membutuhkan perhatian atau senang mencari perhatian.
-        Banyak pedofil biasanya lebih memilih anak-anak dekat berusia menjelang pubertas tapi tidak berpengalaman secara seksual, namun ingin tahu tentang seks.

Para pedofil bekerja di lingkungan sekitar anak-anak :
Pedofil akan sering memilih profesi atau dalam posisi yang melibatkan kontak sering dengan anak-anak. Jika tidak bekerja formal, ia akan menempatkan dirinya dalam posisi untuk melakukan pekerjaan sukarela dengan anak-anak, seringkali dalam kapasitas yang gerak mengamati lebih leluasa seperti pelatih/instruktur olahraga atau guru les (posisi dipercaya baik anak maupun orang tua) atau posisi di mana ia memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan anak tanpa pengawasan .

Sasaran para pedofil:
Anak-anak yang cenderung pemalu, cacat, dan anak-anak yang suka menyendiri, atau mereka yang datang dari keluarga bermasalah atau dari penampungan khusus. Pedofil akan menghujani mereka dengan perhatian, hadiah, mengajak anak-anak ke tempat-tempat yang diinginkan seperti taman hiburan, kebun binatang, konser idola, pantai dan tempat-tempat lain seperti itu .

Pedofil memanfaatkan kepolosan anak:
Para pedofil terampil manipulasi dan menerapkan kemampuan manipulatif itu  terhadap anak-anak bermasalah dengan terlebih dahulu menjadi teman mereka. Pedofil membangun harga diri anak dengan memberi kebutuhan jiwanya. Mereka bisa mampu dan matang menjadi sangat menarik dengan memenuhi kebutuhan anak untuk didengar dan dipahami. Ini diperlukan untuk membangun kepercayaan anak target korban. Selanjutnya melibatkan anak-anak ke interaksi bernuansa seksual seperti mengajak menonton bersama film porno atau melihat-lihat gambar porno, memegang-megang anggota badan korban atau meminta korban memegang anggota badan si pedofil, dan lain-lain. Mereka juga berani menawarkan dan membujuk korban mengonsumsi alkohol atau obat-obatan untuk menghambat kemampuan anak-anak untuk melawan dan mengingat peristiwa yang terjadi 




Stockholm Syndrome :
Bukan hal yang wajar bagi anak-anak untuk menumbuhkan perasaan pada predatornya dan tunduk terhadap hasrat pemangsa, serta menerima perlakuan pemangsanya terus-menerus. Anak-anak yang dalam cengkraman pemangsanya mengembangkan penilaian tidak tepat tentang baik dan buruk. Banyak dari mereka membenarkan perilaku buruk penjahat, bersimpati dan menjadi sangat menguntungkan pemangsanya. Hal ini sering dibandingkan dengan Stockholm Syndrome – suatu gejala kejiwaan ketika korban menjadi melekat secara emosional kepada penculik mereka .

Orang tua tunggal:
Pada banyak kasus, pedofil mendekati para orang tua tunggal dalam rangka untuk mendekati anak-anak mereka . Begitu berada di lingkar dalam, mereka memiliki banyak kesempatan untuk memanipulasi anak - menggunakan rasa bersalah, takut, dan cinta untuk membingungkan anak. Jika orang tua anak bekerja, pedofil jadi memiliki waktu pribadi yang dibutuhkan untuk mendekati dan memanfaatkan anak.

Berjuang Kembali :
Para pedofil bekerja keras mengintai target mereka dan dengan sabar melakukan segala hal untuk mengembangkan hubungan dengan anak-anak. Biasanya, pedofil tidak melakukan tindakan tercelanya pada banyak korban dalam waktu dekat. Banyak dari mereka percaya bahwa apa yang mereka lakukan tidak salah dan bahwa berhubungan seks dengan seorang anak sebenarnya "sehat" bagi si anak .
Hampir semua pedofil memiliki koleksi berkonten pornografi yang mereka sembunyikan dengan segala cara. Banyak dari mereka juga mengumpulkan "souvenir" dari para korban. Mereka jarang membuang koleksi mereka untuk alasan apapun .

Salah satu faktor yang bisa melawan pedofila adalah bahwa pada akhirnya anak-anak akan bertumbuh dan mengingat peristiwa yang terjadi . Seringkali pedofil tidak dibawa ke proses hukum hingga membuat korban marah karenanya dan ingin melindungi anak-anak lain dari konsekuensi yang sama. Ini bentuk perlawanan yang paling umum pada para penyintas.