10 September 2012

Kampanye Anti Perdagangan-Perbudakan Manusia Bersama MTV


Kampanye bermetode popular untuk isu yang jarang menarik perhatian anak muda nampaknya mulai menjadi strategi banyak pihak yang tak lelah berjuang. Sebut saja isu perdagangan manusia yang di dalamnya juga termasuk perdagangan dan perbudakan perempuan dan anak untuk tujuan seks komersial.
Isu yang cukup ‘purba’ ini telah menjadi bagian dari pekerjaan rumah bagi hampir semua pihak mulai dari pintu para pengelola negara hingga pintu rumah di dusun-dusun terpencil. Dari yang memiliki otoritas untuk mengendalikan hingga yang kerap menjadi sasaran kejahatan kemanusiaan ini.

Bagaimana dengan Indonesia? Menurut data International Organization for Migration (IOM), ada sekitar 6,5 hingga 9 juta tenaga kerja Indonesia bekerja di hampir seluruh penjuru dunia dan patut diduga 43 hingga 50 persen diantarnya adalah korban perdagangan manusia. Keadaan ini diperparah perantara perekrutan yang kita kenal dengan PJTKI (Perusahaan Jasa tenaga Kerja Indonesia) lebih sering beroperasi sebagai sindikat perdagangan orang dibanding menyalurkan tenaga kerja dalam koridor yang semestinya yang dapat menjamin tujuan kerja dan kondisi kerja yang aman.
Indonesia masih berada di urutan 2 indeks penanganan kasus perdagangan manusia dengan standar penanganan minimum sesuai standar penanganan kasus perdagangan manusia internasional.

Berita tentang tenaga kerja Indonesia perempuan yang pulang setelah mengalami berbagai kekerasan terutama kekerasan seksual menjadi makanan berita hampir setiap hari. Marah kita dibangkitkan sejenak, lalu karena begitu seringnya kita dihidangkan berita tentang hal ini, sesuatu yang mengerikan ini menjadi kewajaran bahkan kerap menjadi bahan menyalahkan korban yang dituduh merelakan diri dalam kondisi dijual dan disiksa demi lembaran rupiah. Betapa kejamnya ketidakpedulian….

Bukan hanya keluar negeri, pedagangan dan perbudakan manusia juga terjadi antar daerah di Indonesia, di depan mata kita. Pernahkah kita mencermati agen-agen penyalur tenaga kerja rumah tangga dengan pelbagai kasus kecurangan pihak penyalur? Dimana penyalur mencari tenaga-tenaga murah di desa-desa, terutama para perempuan muda, melatih mereka seadanya dan tak jarang juga melatih para calon pekerja rumah tangga ini menjadi bagian dari kejahatan dengan menyuruh mereka di periode tertentu menghilang hingga pemakai tenaga mereka harus menebus tenaga baru dari agen yang sama, sementara si PRT lama sudah ditempatkan lagi di tempat yang baru untuk melakukan modus yang sama. Para perempuan lugu dan polos ini ditakut-takuti akan dilaporkan ke polisi bila tak menuruti instruksi pemilik agen penyalur nakal. Ini membuat para korban perbudakan ini tak berani melawan dan terus mejadi bagian kejahatan hingga akhirnya tertangkap dan lalu tak pernah diakui sebagai bagian dari agen penyalur.

Lain lagi cerita yang pernah disampaikan kawan saya ketika mengunjungi sebuah rumah makan ++ di kota Balikpapan, yang pesonanya hampir menyamai pesona Jakarta, karena begutu banyak orang tertarik bekerja di sana dengan iming-iming gaji besar. Banyak gadis muda di”angkut” dari pulau Sulawesi untuk dipekerjakan mula-mula dijanjikan sebagai pelayan restoran atau setidaknya pegawai rendahan di salah satu perusahaan asing atau pertambangan, nyatanya setiba di kota tujuan, mereka dipekerjakan sebagai gadis-gadis penuang bir di resto-bar setempat. Pekerjaan yang rentan menjebak mereka ke kondisi menjadi korban perbudakan seksual.


Bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, United States Agency for International Development (USAID), the Australian Government’s Agency for International Development (AusAID), WALK FREE (gerakan pemberantasan perbudakan moderen) dan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), MTV Youth Focused Anti-Human Trafficking Campaign Program-MTV End Exploitation and Trafficking (MTV EXIT) menawarkan bentuk kampanye baru anti perdagangann dan perbudakan manusia yakni dalam bentuk konser musik dengan pesan-pesan penyadaran dan kepedulian terhadap persoalan perdagangan dan perbudakan manusia.
Di Indonesia, kegiatan ini dipusatkan di kota Bandung, ibu kota Jawa Barat pada tanggal 1 September yang lalu. Mengapa Jawa Barat? Karena kenyataannya jumlah kasus perdagangan orang terbanyak terjadi di Jawa Barat dibandingkan di provinsi lain. Mengenaskan bukan?



Konser MTV EXIT ini didukung artis-artis peduli anti perdagangan dan perbudakan manusia. Setiap penampil ambil bagian meneriakkan pesan agar semua pihak terutama anak muda menjadi bagian yang turut memperkecil bahkan menihilkan angka kejahatan kemanusiaan ini baik denganedukasi bersambung mau pun turut melaporkan bila diduga terjadi perdagangan atau perbudakan manusia.

Sesuai misi utamanyanya, program MTV EXIT tak hanya lewat konser atau program live, juga lewat program televisi, konten online, dan kemitraan dengan banyak organisasi anti perdagangan manusia, mengampanyekan kebebasan kita sebagai manusia yang berhak memilih di mana kita hidup, bekerja, dengan siapa kita menjalin pertemanan, dan siapa yang patut kita cintai.  Kita juga diajak turut peduli nasib ratusan ribu orang di seluruh dunia yang hak-hak dasarnya sebagai manusia dirampas paksa untuk tujuan komersil dan kesenangan orang lain, yang merupakan korban perdaganan-perbudakan moderen.

No comments:

Post a Comment