22 March 2011

Wikileaks Kian Seksi dan Membuat Sensi


Wikileaks kian menjadi tren topik seksi. Tidak sedikit pihak yang menggunakan bocoran dari Wikileaks sebagai alat politik yang bisa menyedot perhatian sangat luas namun tentu menjadi momok menjengkelkan bagi pihak yang namanya diseret-seret dan terlibat.

Jumat pagi 10 Maret 2011 publik di Indonesia heboh, lagi-lagi Wikileaks, sebuah situs yang menerbitkan dokumen-dokumen rahasia, membuat gempar. Kali ini Presiden SBY sasaran tembaknya. Bocoran Wikileaks tersebuat dimuat menjadi berita utama dua koran terkemuka di Autralia, The Age yang memasang judul “Yudhoyono Abused Power : Cables accuse Indonesian President of Corruption” dan The Sidney Morning Herald dengan judul “Corruption Allegations Against Yudhoyono”. Intinya kedua koran tersebut memuat tudingan penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi oleh Presiden SBY. TB Silalahi yang disebut-sebut sebagai orang yang bertanggung jawab memberi informasi pada diplomat asing langsung membantah keras, menyebutkan bahwa laporan tersebut tak masuk akal bahkan menyebutnya sebagai hal yang ngawur. Salah satu laporan tersebut juga memuat bagian yang disebutkan sebagai klarifikasi rahasia mengenai penyalahgunaan kekuasaan sebagai presiden untuk memata-matai lawan-lawan politiknya dengan menggunakan Badan Intelejen Negara.


Bocoran Wikileaks yang dikutip kedua harian tersebut memuat beberapa hal :

-Presiden SBY pada Desember 2004 memerintahkan Jaksa Agung Tindak Pidana Khusus Hendarman Supanji untuk menghentikan penyidikan kasus korupsi yang melibatkan Taufiq Kiemas, suami mantan presiden Megawati;

-Ibu Ani Yudhoyono yang dituduh memanfaatkan jabatan politiknya untuk memperolah keuntungan secara materi;

-Pengintaian secara terhadap Yusril Ihza Mahendra atas perintah SBY lewat Kepala BIN waktu itu Syamsir Siregar;

-Soal kurangnya dukungan politik terhadap SBY meskipun menjadi pemenang mutlak pada pemilihan presiden yang lalu;

-Jusuf Kalla yang telah menerapkan politik uang dalam jumlah besar untuk bisa memenangkan pemilihan Ketua Umum Golkar pada tahun 2004


Kepada media taufik Kiemas mengaku tidak tahu-menahu apa yang dimaksud dengan kasus korupsi yang diangkat dalam laporan tersebut sementara Jusuf Kalla meski membenarkan telah mengeluarkan uang untuk kepentingan kampanyenya namun tentang besarannya tidak sesuai dan sebanyak seperti yang telah disebutkan dalam bocoran Wikileaks.

Tentang salah satu laporan tersebut di atas yang diklaim didapatkan dari komunikasi kawat para diplomat Amerika, dari sebuah blog berita “Blog Populer” diangkat klarifikasi dan pernyataan Kedutaan Besar AS mengenai dugaan penyebaran kawat diplomatik tersebut.
Disebutkan bahwa Departemen Luar Negeri AS tidak mengomentari materi, termasuk dokumen rahasia, yang mungkin telah bocor. Tetapi, seperti yang diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Amerika Serikat sangat menyesalkan pembocoran informasi apapun yang dimaksudkan sebagai rahasia, termasuk pembicaraan pribadi antara rekan sejawat atau penilaian dan observasi pribadi dari para diplomat. Kebijakan luar negeri resmi AS tidak ditetapkan melalui pesan-pesan kawat, tetapi di Washington.
Pernyataan tersebut juga mengungkapan informasi rahasia yang tidak sah oleh Wikileaks berimplikasi pada kerjasama antara negara-negara karena potensi dampaknya yang tinggi. AS mengutuk pembocoran yang tidak sah tersebut dan melakukakn segala tindakan untuk mencegah pelanggaran keamanan di masa datang.
Namun dalam pernyataan tersebut pihak kedutaan tidak dapat berbicara tentang keaslian dokumen yang tersebar di media, tetapi dapat berbicara praktik penulisan kawat di komunitas diplomatik yang pada dasarnya, laporan lapangan ke Washington adalah apa adanya dan masih merupakan informasi mentah. Diakui laporan tersebut masih prematur dan umumnya belum lengkap serta belum dibuktikan kebenarannya. Laporan tersebut bukan ekspresi kebijakan, juga tidak selalu dijadikan keputusan kebijakan akhir. Dokumen-dokumen tersebut tidak bisa dilihat secara berdiri sendiri atau mewakili kebijakan AS.
Bahwa penerbitan laporan seperti ini sangat tidak bertanggung jawab dan pihak Kedubes AS menyatakan penyesalan yang sangat dalam kepada Presiden Yudhoyono dan Rakyat Indonesia.

Tak hanya pihak Kedubes AS, para pembantu presiden juga ramai-ramai memberi tanggapan yang pada umumnya membantah.
Di hari yang sama dengan terbitnya kedua koran tersebut, melalui juru bicara presiden Jumat lalu, Julian Aldrin Pasha, SBY menilai namanya telah dicemarkan.
Pengamat dan akademisi politik dan komunikasi lewat berbagai media selain memberi komentar juga mendorong Presiden SBY untuk segera memberi pernyataan terbuka yang benderang untuk menjawab secara langsung persoalan ini ketimbang membiarkan klarifikasi dengan suara beragam dari para pembantunya yang dinilai bersikap terlalu reaktif.

Setelah ditunggu-tunggu, Senin, 14 Maret sebelum memimpin rapat kabinet di Istana Bogor Jawa Barat, Presiden SBY memberikan pernyataan resminya.
Meskipun tidak menyebutkan cara apa yang akan ditempuh untuk memdapatkan keadilan, Presiden SBY menghimbau agar semua pihak tidak perlu terus ikut dalam kegaduhan soal Wikileaks karena masih banyak hal lebih penting yang harus dilakukan. SBY juga tidak ingin terlalu reaktif dan emosional dan berpesan pada para menteri untuk tetap berkonsentrasi pada pekerjaan mereka masing-masing dalam menjalankan berbagai kebijakan dan program pemerintah yang telah ditetapkan meskipun suasana politik lokal maupun internasional dinilainya sedang sangat tinggi.

"Percayalah saya mempertanggungjawabkan apa yang saya lakukan. Insya Allah saya akan tetap menjaga integritas karena itulah tugas saya sebagai pemimpin negeri ini," Demikian pernyataan SBY.

No comments:

Post a Comment