Pers Rilis
#IndonesiaTanpaKekerasan
#IndonesiaTanpaFPI
Salam DAMAI untuk semua, Demi Indonesia Kita.
Melalui pers rilis ini kami ingin menjawab semua kesimpangsiuran informasi mengenai AKSI DAMAI
#IndonesiaTanpaFPI #IndonesiaTanpaKekerasan. Juga disampaikan tentang kronologis peristiwa
pemukulan Bhagavad Sambadha oleh berapa orang yang tidak dikenal pada saat aksi berlangsung.
Berikut uraiannya:
1. Siapakah kami?
- Awal terbentuknya.
Berawal dari sosial media twitter, kami mencurahkan segala pikiran dan hati tentang keadaan sosial di
sekeliling kami, salah satunya mengenai pembiaran ormas yang menggunakan kekerasan untuk
memaksakan kehendaknya. Berita mengenai penolakan warga Kalteng terhadap pendirian cabang FPI,
menginspirasi kami untuk berbuat sesuatu. Diskusi di twitter terus bergulir sampai akhirnya
tercetuslah keinginan untuk melakukan “kopi darat”, bertemu dan berbincang-bincang diantara kami
secara terbuka, siapapun boleh datang.
Kami tidak mengira kopi darat ini banyak yang datang kira-kira 50 orang di suatu kedai kopi yang
beralamat di Cikini. Limapuluh orang tersebut terdiri dari berbagai kalangan dan datang sebagai
individu. Dalam suasana santai, satu dengan yang lain mengemukakan pendapat apa yang perlu
dilakukan untuk menyikapi kekerasan sampai akhirnya disepakati untuk melakukan AKSI DAMAI. Aksi
tersebut kami umumkan secara terbuka di twitter, dan ternyata banyak sekali yang merespon. Dalam
waktu yang singkat, kami sepakat untuk memakai nama #IndonesiaTanpaFPI untuk gerakan ini.
Di twitter sendiri, kampanye kami menggunakan hashtag #IndonesiaTanpaFPI dan
#IndonesiaTanpaKekerasan.
- Alasan pemakaian nama #IndonesiaTanpaFPI.
Kami sebagai orang awam memakai kata ini, karena tuntutan aksi kami bukan untuk membubarkan
FPI, melainkan menghentikan kekerasan demi kekerasan yang dilakukan oleh FPI. Setiap orang
berhak untuk berserikat dan berkumpul, dengan tidak menggunakan kekerasan (sesuai dengan
Deklarasi HAM).
- Kekecewaan dan keinginan kami.
Aksi kami adalah bentuk ekspresi kemarahan dan rasa kecewa pada negara. Kekerasan demi
kekerasan terus terjadi dan negara tidak mendidik masyarakat bahwa kekerasan bukanlah tindakan
yang patut dicontoh, bukanlah tindakan yang benar.
FPI seperti kita tahu melalui media massa sebagai kelompok sering menyerang, memaki, atas sesuatu
yang tidak dia setujui, bahkan tega memukuli orang, dan lain-lain. Kejengkelan kami berujung pada
aksi ini. Kami telah memakai surat ijin dan melaporkan soal aksi kami ini ke polisi atas nama
masyarakat Jakarta, dan aksi kami berupa aksi damai. Tujuan kami adalah mengajak dan menggugah
kesadaran masyarakat bahwa kekerasan yang dibiarkan ini tidak bisa dibenarkan dengan alasan
apapun.
Kami tidak ingin menyakiti siapa-siapa, justru kami ingin mengajak masyarakat untuk bergabung
menolak dengan aksi damai.
2. Kronologis Aksi
Kami berkumpul disepakati pukul 15 dengan meeting point di pos polisi dekat Bundaran HI. Pinggiran
kolam Bunderan HI digenangi air tidak seperti biasanya. Pada saat itu sudah ada massa di Plaza
Indonesia. Beberapa dari kami mendatangi massa di Plaza Indonesia. Sebagian kecil massa
mendatangi pos polisi. Massa yang di pos polisi kemudian memilih untuk menggabungkan diri dengan
massa di depan Plaza Indonesia. Setelah massa terkumpul, kemudian massa bergerak ke Bundaran HI.
Belum sampai 15 menit berkumpul, kami diminta polisi untuk membubarkan diri karena katanya FPI
datang.
Posisi kami pada saat itu di Bundaran HI. Massa bertahan, namun kami berusaha untuk memindahkan
massa ke depan Plaza Indonesia, lalu ke depan Grand Hyatt. Kami lanjutkan aksi damai di sana dan FPI
tidak datang. Diantara kami ada kebingungan, kenapa kami yang sudah meminta izin tetapi kami yang
dibubarkan kalau FPI datang.
Pada saat aksi masih terus berlangsung (orasi), seorang yang tidak dikenal di barisan kami sejajar
dengan spanduk yang kami bentangkan tiba-tiba merebut spanduk kami sambil marah-marah.
Lalu ada orang memakai baju hitam ikut memukul teman kami, Bhagavad Sambadha, hingga terjatuh.
Kemudian Bhagavad Sambadha dibawa polisi menjauh dari massa. Beberapa orang bereaksi atas hal
ini, “Loh, kok yang ditangkap malah teman kami yang juga korlap?”
Setelah peristiwa tersebut, diputuskan aksi dibubarkan tetapi massa memilih tetap bertahan di Plaza
Indonesia hingga kemudian membubarkan sendiri.
3. Klarifikasi terhadap sebutan bahwa aksi ini berafiliasi dengan kelompok tertentu
Disebutkan dalam surat ijin, bahwa jelas kami adalah dari Warga Jakarta. Diatas juga sudah
disampaikan siapa kami, yaitu individu-individu, warga Jakarta. Jika ada yang menyebutkan ada
afiliasi dengan kelompok tertentu, kami tegaskan sekali lagi bahwa kami adalah individu warga
Jakarta.
4. Sikap Kami
a. Bahwa #IndonesiaTanpaFPI adalah sebuah gerakan, bukan organisasi.
b. Gerakan #IndonesiaTanpaFPI tetap bergulir kepada aksi-aksi selanjutnya,apakah itu aksi
turun ke jalan, kampanye ataupun langkah-langkah politis.
c. #IndonesiaTanpaFPI bukan gerakan elemen-elemen, ormas, LSM ataupun kelompok-kelompok
masyarakat lainnya. Gerakan #IndonesiaTanpaFPI adalah reaksi dari individu-individu warga
Jakarta, bagian dari masyarakat Indonesia, terhadap berbagai aksi kekerasan dan intoleransi
yang dilakukan ormas atau kelompok masyarakat yang mengatasnamakan SARA.
d. #IndonesiaTanpaFPI mengutuk keras aksi kekerasan dan intoleransi yg dilakukan ormas atau
kelompok masyarakat yang mengatasnamakan SARA.
e. #IndonesiaTanpaFPI terlahir dan akan tetap melakukan gerakan selama masih terjadi
pembiaran oleh negara terhadap aksi-aksi kekerasan dan intoleransi yang dilakukan ormas
tertentu dengan mengatasnamakan SARA.
f. Gerakan#IndonesiaTanpaFPI menjunjung tinggi HAM dan Demokrasi,oleh karenanya
#IndonesiaTanpaFPI tidak menghendaki terjadinya pembubaran ormas dan pengekangan
kebebasan berkumpul dan berserikat. #IndonesiaTanpaFPI mendesak pemerintah mengambil
tindakan hukum tegas,transparan dan tidak tebang pilih terhadap ormas atau kelompok
masyarakat yang melakukan aksi kekerasan, melanggar hukum, dan intoleransi.
g. #IndonesiaTanpaFPI mendesak pemerintah untuk segera menuntaskan kasus-kasus
kekerasan, melanggar hukum, dan intoleran yang telah terjadi di Indonesia selama ini.
h. Gerakan #IndonesiaTanpaFPI menyerukan kepada saudara-saudara kami di seluruh Indonesia
agar tetap menjaga damai di setiap aksi-aksi penolakan terhadap hadirnya kekerasan serta
tidak tersulut provokatif yang tidak menginginkan bangsa ini damai.
i. Terkait tindakan pemukulan terhadap teman kami Bhagavad Sambhada, kami ingin Polisi
memproses pelaku pemukulan sesuai hukum yang berlaku.
Terimakasih,
Jakarta, 19 Februari 2012
Salam Damai
#IndonesiaTanpaKekerasan
#IndonesiaTanpaFPI
Wah Helga sekarang sudah jadi Tokoh ya salut deh Mju Terus Pantang Undur( agungs 02171254543)..
ReplyDeletecuma bantu kawan2 pejuang :)
ReplyDeleteIndonesia harus lebih maju lagi
ReplyDelete