gambar: kaskus.co.id |
Ini kali kedua saya nekat mengomentari sebuah film tertulis dan dipublikasikan setelah Film Rayya, yang kebetulan menampilkan bintang utama yang sama, Titi Rajo Bintang.
Perlu saya sampaikan kembali, bahwa saya bukan orang film, atau pengamat film atau siapa pun yang mengerti soal perfilman, khususnya film Indonesia. Saya menulis ulasan sederhana ini karena ikatan emosi dengan kota Bontang, tempat film ini dibuat. Saya pernah tinggal di sana tahun 2003 hingga 2008, dan tahu, Marching Band Bontang Pupuk Kalimantan Timur (MBBPKT) adalah kebanggan warga Bontang karena prestasi-prestasinya baik tingkat nasional maupun internasional. Prestasi MBBPKT inilah yang saya yakin menarik diangkat ke layar lebar, selain sekadar mengangkat ide cerita dari novel yang ditulis oleh Oka Aurora.
Mengangkat persiapan dan perjuangan MBBPKT kota Bontang menghadapi kompetisi nasional tahunan marching band, Grand Prix Marching Band (GPMB) di Jakarta yang di warnai secara dramatis konflik tiga anggota marching band. Lahang (Hudri) pemuda Dayak yang ulet berlatih untuk mengejar mimpinya menjadi bagian kemenangan MBBPKT, Tara (Arum Sekarwangi) yang menyimpan kemarahan terhadap ibunya yang dianggap membuang dirinya ke rumah opa (Didi Petet) dan omanya (Niniek L. Karim) di Bontang dan Elaine (Amanda Sutanto) yang baru pindah karena mengikuti ayahnya, yang berkewarganegaraan Jepang, bertugas di salah satu perusahaan di lingkungan pabrik Pupuk Kaltim (PKT).
gambar: grazia.co.id |
Digambarkan betapa Rene (Titi Rajo Bintang) tak hanya piawai melatih, namun juga mau tak mau terlibat dalam pemecahan masalah pribadi anggota marching band. Ini dilakukan demi kebersamaan yang sangat dibutuhkan demi keberhasilan kelompok. Perjuangan dan usaha Rene memimpin kelompok, melawan ego pribadinya maupun memenangkan hati orang-orang yang dilatihnya menjadi jahitan yang baik saat mengurai satu per satu konflik di film ini. Memang, saya tak bisa membayangkan, bila dalam persiapan untuk sebuah kontes nasional dengan anggota kelompok 130 orang yang peran dan fungsinya saling mengait satu dengan yang lain harus kehilangan anggota akibat masalah pribadi. Bisa bubar semuanya.
Beberapa pengambilan gambar lokasi latihan di tempat yang berbeda-beda seperi Pelabuhan Lhoktuan dengan latar belakang pemandangan kompleks pabrik PKT dan pemukiman di atas air laut Kelurahan Bontang Kuala, menjadi promosi pemerintah kota Bontang dalam hal pariwisata. Kota ini memang memiliki kekuatan di pemandangan lautnya yang cantik di antara dua kompleks industri nasional Pupuk Kaltim dan PT. Badak NGL yang memiliki perpaduan tata letak layaknya perumahan di negara barat dengan rumah-rumah tanpa pagar dan kompleks bisnis tersendiri serta pantai.
Perlu diketahui, selain memiliki pemandangan alam bagus, wisata kuliner juga menjadi kelebihan kota Bontang. Mulai dari keunggulan masakan-masakan lautnya, hingga bakso dan mie ayam ada di sana. Percayalah, saya tahu benar, semuanya enak.
gambar: forum.kompas.com |
Film ini juga menyelipkan latar kebudayaan Dayak dari tokoh Lahang. Saya sendiri sepanjang bermukim di Bontang tidak pernah tahu apakah ada pemukiman Dayak di sekitar hutan bakau pinggiran kota seperti yang digambarkan. Tapi tentu perlu mengangkat budaya asli Dayak untuk menguatkan gambaran penonton soal Kalimantan, khususnya Kota Bontang yang terletak di provinsi Kalimantan Timur. Yang menarik, kehidupan dan budaya Dayak tidak sekadar jadi tempelan di film ini. Penggarapnya serius menggambarkannya melalui tokoh Lahang dan ayahnya yang sedang sakit keras.
12 Menit, judul ini dipilih karena perjuangan berlatih selama ribuan jam adalah untuk tampil hanya 12 menit di kontes nasional dimaksud. Turut juga ditampilkan beberapa pejabat daerah di penghujung persiapan menuju kontes nasional GPMB. Penonton diajak ikut berdebar-debar berharap MBBPKT dengan segala ujian yang dilewatinya bisa memenangkan kontes tersebut. Puncak perjuangan dan konflik sungguh menguras air mata. Beberapa gambar kontes merupakan rekaman asli even GPMB di Istora Senayan Jakarta dengan bahkan menampilkan Jokowi sebagai pembuka kontes.
gambar: plus.google.com |
Film ini membawa pesan penting untuk tidak menyerah dan bekerja keras dalam mewujudkan mimpi. Tontonan bagus penuh inspirasi. Mungkin beberapa kelambatan tempo dari adegan satu ke adegan lain dalam beberapa bagian sedikit membuat kita kedodoran momen. Perpindahan cepat beberapa adegan bisa menutupi sedikit kebakuan akting dan blocking beberapa tokoh yang memang diambil dari anggota asli marching band. Tentu, untuk ukuran baru pertama kali berakting, mereka sudah termasuk lumayan, tak terlalu jomplangdengan penampil-penampil lain yang lebih luwes berakting karena lebih lama pengalamannya.
Marching band masih belum secara luas dilirik sebagai kelompok bermusik yang populer. Keindahan penampilan MBBPKT di film ini diharapkan mampu mengangkat marching band menjadi kegiatan bermusik dengan menjunjung kerja sama dan kerja keras untuk mencapai keberhasilan. Saya tak ingin melupakan peran besar sang pelatih asli MBPKT, Rene Conway (aslinya adalah laki-laki) yang sudah membawa MBBPKT ke arena-arena nasional bahkan ke arena internasional. Kita bisa dengan mudah mengakses video-video penampilan mereka di Youtube. Rene Conway sempat hadir di bagian akhir film, sesaat sebelum MBBPKT berlaga, mengenakan seragam tim pendukung kuning-hitam.
gambar: vimeo.com |
Dengan tak malu-malu, saya mengimbau untuk bergegas menonton dan mengajak yang lainnya juga. Tulisan ini adalah upaya promosi sukarela saya untuk film 12 Menit Untuk Selamanya. A must seen film!
Sejak ikut marching band beberapa tahun lalu, MB Bontang PKT memang menjadi inspirasi. Ketika mendengar akan difilmkan, saya sangat antusias. Dan film sudah dirilis saya pun langsung menontonnya. 12 menit untuk 21 tahun pengabdian Rene Conway bisa aku bilang begitu. Semoga lahir Rene yang lainnya dan mampu membawa nama marching band Indonesia bisa berjaya. Vincero!
ReplyDeleteOkey..... Good job. I like it.
ReplyDeleteTerima kasih ulasan film nya. mohon ijin share. Film ini sekarang sedang di putar keliling Indonesia. bisa di lihat di FB 12menithemovie. Vincerooo
ReplyDelete