sebuah hati tua memeluk malam dan berbisik padanya : aku percayakan bintang-bintang menyemutimu karena hanya kau yang selalu setia pada gelap
waktu itu hujan menderas dengan begitu bersemangat, lagi bisiknya : padamu, hujan sederas ini membasahi tidak hanya terasku yang tanpa kirai, juga mataku yang mulai luput mengenali bentuk-bentuk
lalu angin mulai bertiup menarikan dahan-dahan, ia berbisik lagi : mengapa segala hiasan rindu itu hanya ada padamu?
(hati tua itu merunduk dalam-dalam dan tak cukup daya untuk berbisik lagi, ia dengki yang begitu sedih.....)
Bontang, 07 April 2009
indah, indah. sunyi dan mengharukan. aduh, jadi rindu menulis puisi romantik yang sebersih puisi panjenengan.
ReplyDelete